Strategi
Tentor Dalam Mengajar Les
Mata
Kuliah : Psikologi
Pendidikan
Tugas : Tugas Mini Proyek
2011/2012
Topik
Bahasan : Dinamika Mengajar Pengajar
yang Bukan Profesional
Tempat Penelitian : BT/BS Bima Jl. Bantam No. 6A Medan
Anggota :
Icfadila Hanisa Lubis (111301022)
Universitas
Sumatera Utara
Fakultas
Psikologi
2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penyusunan laporan mengenai Strategi
Tentor Dalam Mengajar Les ini dapat terselesaikan
dengan baik.
Adapun penyusunan laporan ini berdasarkan
data-data yang kami
peroleh dari hasil survey yang
telah dilakukan dan
teori-teori pendukung.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini tidak
lepas dari dukungan beberapa pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini kami
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1.
Ibu
Filia Dina Anggaraeni, M.Pd selaku dosen mata kuliah Psikologi Pendidikan yang
telah membimbing kami dalam melakukan survey ini.
2.
Orang
tua kami yang telah memberikan dukungan moral dan materil.
3.
Teman-teman seangkatan yang telah banyak membantu.
4.
Responden-responden
yang telah banyak membantu.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan
ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan,
untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Demikian kata pengantar ini kami buat, semoga dapat
bermanfaat khususnya bagi kami dan pembaca pada umumnya.
BAB I
PERENCANAAN
1.1 Pendahuluan
Seperti
yang telah kita ketahui, selain sekolah tempat les merupakan sarana untuk
melaksanakan proses belajar mengajar. Tetapi perbedaannya, jika sekolah kita
berada di suatu lembaga yang mengeluarkan ijazah yang sudah diatur oleh negara.
Sedangkan jika di tempat les kita tidak mendapat ijazah yang sudah diatur oleh
negara. Dan juga di sekolah kita diajar dan dididik oleh pengajar yang memiliki
ijazah resmi yang sesuai dengan bidang mengajarnya. Seperti di sekolah-sekolah
milik pemerintah, guru harus memiliki ijazah keguruan yang sesuai dengan
bidangnya. Sedangkan di tempat les pengajar tidak harus memiliki ijazah
keguruan. Seperti ada pengajar Fisika yang lulusan Fakultas Teknik, bahkan di
beberapa tempat les ada pengajar yang belum selesai studinya dan belum memiliki
ijazah.
Sesuai
dengan buku (Santrock, J.W. 2008. Psikologi Pendidikan) mengenai strategi pengajaran.
Di dalamnya terdapat Kontruktivisme
yang menekankan agar individu secara aktif menyusun dan membangun (to construct) pengetahuan dan
pemahaman. Menurut pandangan kontruktivis, guru bukan sekadar memberi informasi
ke pikiran anak, akan tetapi guru harus mendorong anak untuk mengeksplorasi
dunia mereka, menemukan pengetahuan, merenung, dan berfikir secara kritis
(Brooks & Brooks, 2001).
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui startegi mengajar guru atau tentor di tempat les
atau bimbingan belajar. Untuk itu kami mengunjungi BT/BS Bima sebagai tempat
untuk melaksanakan penelitian ini. Kami memberikan kuisioner kepada 12 orang
tentor sebagai partisipan.
1.2 Landasan Teori
Strategi
belajar mengajar, menurut J.R. David dalam Teaching Strategies for College
Class Room (1976) ialah aplan, method, or series of activities designe to
achicves a particular educational goal (P3G, 1980). Menurut pengertian ini
strategi belajar mengajar meliputi rencana, metode dan perangkat kegiatan yang
direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Untuk melaksanakan
strategi tertentu diperlukan seperangkat metode pengajaran. Strategi dapat
diartikan sebagai aplan of operation achieving something “Rencana Kegiatan
Untuk Mencapai Sesuatu”. Sedangkan metode ialah a way in achieving something
“Cara Untuk Mencapai Sesuatu”. Untuk melaksanakan suatu strategi digunakan
seperangkat metode pengajaran tertentu. Dalam pengertian demikian maka metode
pengajaran menjadi salah satu unsur dalam strategi belajar mengajar. Unsur
seperti sumber belajar, kemampuan guru dan siswa, media pendidikan, materi
pengajaran, organisasi adalah: waktu tersedia, kondisi kelas dan lingkungan
merupakan unsur-unsur yang mendukung strategi belajar mengajar.
1.2.1 Komponen Strategi Belajar Mengajar
1. Tujuan
pengajaran
Tujuan pengajaran
merupakan acuan yang dipertimbangkan untuk memilih strategi belajar mengajar.
2. Guru
Masing-masing guru
berbeda dalam pengalaman, pengetahuan, kemampuan aran, gaya mengajar, pandangan
hidup dan wawasan. Perbedaan ini mengakibatkan adanya perbedaan dalam pemilihan
strategi belajar mengajar yang digunakan dalam program pengajaran.
3. Peserta
didik
Dalam kegiatan belajar
mengajar peserta didik mempunyai latarbelakang yang berbeda-beda, hal ini perlu
dipertimbangkan dalam menyusun strategi belajar mengajar yang tepat.
4. Materi
pelajaran
Materi pelajaran dapat
dibedakan antara materi formal (isi pelajaran dalam buku teks resmi/buku paket
di sekolah) dan materi informal (bahan-bahan pelajaran yang bersumber dari
lingkungan sekolah).
5. Metode
pengajaran
Ada berbagai metode
pengajaran yang perlu dipertimbangkan dalam strategi belajar mengajar.
6. Media
pengajaran
Keberhasilan program
belajar mengajar tidak tergantung dari canggih atau tidaknya media yang
digunakan, tetapi dari ketepatan dan keefektifan media yang digunakan.
7. Faktor
administrasi dan finansial
Terdiri
dari jadwal pelajaran, kondisi gedung dan ruang belajar.
1.2.2 Jenis-Jenis Strategi Belajar Mengajar
Dalam hal ini dikenal tiga macam
strategi belajar mengajar yaitu:
1. Strategi
belajar mengajar yang berpusat pada guru.
1. Strategi
belajar mengajar yang berpusat pada peserta didik.
2. Strategi
belajar mengajar yang berpusat pada materi pengajaran.
Dilihat dari kegiatan pengolahan
pesan atau materi, maka strategi belajar mengajar dibedakan dalam dua jenis,
yaitu:
1.
Strategi belajar
mengajar ekspositori dimana guru mengolah secara tuntas pesan/materi sebelum
disampaikan di kelas sehingga peserta didik tinggal menerima saja.
2.
Strategi belajar
mengajar heuristik atau kuriorstik, dimana peserta didik mengolah sendiri
pesan/materi dengan pengarahan dari guru.
Strategi
belajar mengajar dilihat dari cara pengolahan atau memproses pesan atau materi
dibedakan dalam dua jenis yaitu:
1.
Strategi belajar
mengajar deduksi yaitu pesan diolah mulai dari umum menuju kepada yang khusus,
dari hal-hal yang abstrak kepada hal-hal yang konkrit.
2.
Strategi belajar
mengajar induksi yaitu pengolahan pesan yang dimulai dari hal-hal yang khusus
menuju ke hal-hal umum, dari peristiwa-peristiwa yang bersifat induvidual
menuju ke generalisasi.
1.3 Alat atau Bahan
· Surat
Izin.
· Lembar
wawancara 12 lembar.
· Alat-alat
tulis.
· Kamera
untuk dokumentasi.
· Reward
= Stabilo.
1.4 Analisis Data
Untuk
menganalisis data kami mengajukan pertanyaan dalam bentuk kuisioner kepada
beberapa tentor. Kami memilih BT/BS BIMA untuk mengisi kuisioner tersebut.
Kuisioner tersebut kami berikan kepada 12 orang tentor di BT/BS BIMA. Dengan
demikian, kami dapat menganalisis data dari data yang kami dapatkan dari
kuisioner yang kami ajukan. Dengan data tersebut kami dapat menganalisis untuk
mengetahui strategi tentor dalam mengajar. Apakah menggunakan strategi yang
sama atau berbeda. Yang pada akhirnya kami dapat menyimpulkan data tersebut
melalui analisis data ini.
1.5
Objek atau Subjek
Subjek
: Strategi Tentor Dalam Mengajar Les
Objek : 12 orang tentor BT/BS BIMA
Yaitu 3 tentor Bahasa
Indonesia, 2 tentor Bahasa Inggris, 3 tentor Matematika, 1 tentor Biologi, 1
tentor Kimia, 1 tentor geografi, dan 1 tentor Sejarah dan Sosiologi.
1.6 Jadwal Pelaksanaan
No.
|
Tanggal
|
Kegiatan
|
1.
|
Senin,
14 Mei 2012
|
Mendiskusikan
dan menentukan tema dan judul.
|
2.
|
Senin,
21 Mei 2012
|
Mulai
membahas tema dan judul untuk membuat perecanaan.
|
3.
|
Selasa,
29 Mei 2012
|
Koordinasi
dengan BT/BS BIMA.
|
4.
|
Rabu,
30 Mei 2012
|
Membuat
Surat Izin.
|
5.
|
Sabtu,
2 Juni 2012
|
Membahas
dan merencanakan ulang, membuat kuisioner.
|
6.
|
Senin,
4 Juni 2012
|
Perencanaan
desain poster.
|
7.
|
Rabu,
6 Juni 2012
|
Koordinasi
ulang dengan BT/BS BIMA.
|
8.
|
Kamis,
7 Juni 2012
|
Pengisian
kuisioner oleh 12 Tentor di BT/BS BIMA. Analisis data dan mendesain poster.
|
9.
|
Jum’at,
8 Juni 2012
|
Kesimpulan
dan evaluasi.
|
10.
|
Sabtu, 9 Juni 2012
|
Memposting di blog.
|
1.7 Kalkulasi Biaya
Biaya
ngeprint lembar kuisioner = Rp 1.500,00
Biaya
fotocopy lembar kuisioner = Rp 1.200,00
Biaya
pembelian reward = @2.000 x
12 = Rp 24.000,00
BAB II
PELAKSANAAN
Pengambilan
data dilaksanakan pada hari Kamis, 7 Juni 2012. Setelah selesai kuliah hari
kamis, kami langsung menuju ke BT/BS BIMA. Sesampainya disana kami menuju ruang
kantor untuk meminta izin. Setelah berkoordinasi akhirnya kami diberikan waktu
untuk mengambil data dari para tentor. Karena hari sebelumnya kami sudah
mengkoordinasikannya. Surat izin kami serahkan kepada pusat informasi untuk
diserahkan ke pimpinan BT/BS BIMA. Pada hari sebelum kami melaksanakan
pengambilan data. Bapak Pimpinan yaitu Bapak dr. Robert Valentino Tarigan, S.Pd
sangat menyambut kami dengan baik dan ramah.
Kami
menuju ruangan para tentor untuk membagikan kuisioner. Kami membagikannya
kepada 12 orang tentor yaitu, 3 tentor Bahasa Indonesia, 2 tentor Bahasa
Inggris, 3 tentor Matematika, 1 tentor Biologi, 1 tentor Kimia, 1 tentor
geografi, dan 1 tentor Sejarah dan Sosiologi. Setelah menunggu beberapa menit,
kuisioner kami telah selesai diisi. Lalu kami membagikan reward yang berupa
stabilo sebagai tanda terima kasih. Setelah itu kami melakukan dokumentasi yang
berupa foto.
Selesai
dokumentasi kami mengucapkan terima kasih kepada para tentor dan meninggakan
ruangan tentor. Kami menuju ke ruangan kantor untuk mengucapkan terima kasih
dan pamit. Kami beranjak dari BT/BS BIMA sekitar pukul 15.00 WIB. Setelah itu kami
menganalisis data dan mendesain poster.
BAB III
PELAPORAN dan EVALUASI
2.1
Laporan
Data
yang kami dapatkan dari kuisioner
Anggota Kelompok:
1. Pangeran John P (08-087)
2.Icfadila Hanisa Lbs (11-022)
3.Haifa Chairunisa (11-050)
4.Atika M Nataya Nst (11-086)
2.Icfadila Hanisa Lbs (11-022)
3.Haifa Chairunisa (11-050)
4.Atika M Nataya Nst (11-086)
SIMULASI PEDAGOGI
Setting : di kelas, antara guru bahasa inggris dan murid
Pemeran : Icfadila (Guru bahasa inggris) dan Nataya (Murid)
Cerita : Ibu guru menjelaskan tentang pelajaran dan murid mendengarkan
Ic : Pagi, Thaya. Hari ini kita membahas Present Tense yaa.
Taya : Iya, Bu.
Ic : Buka halaman 30 ya.
Taya : Iya, Bu.
Ic : Jadi, present tense itu digunakan untuk menunjukkan kegiatan yang dilakukan sekarang atau menjadi kebiasaan. Mengerti, Taya?
Taya : Mengerti, Bu…..
SIMULASI ANDRAGOGI
Setting : di kampus, tiga mahasiswi saling bertukar pendapat tentang suatu studi kasus
Pemeran : Icfadila, Haifa, Nataya (Mahasiswi)
Cerita : 3 mahasiswi sedang berdiskusi tentang suatu kasus secara santai
Haifa : Wee, semalam, kan, aku nonton video Nanny di youtube. Jadi ceritanya anaknya itu udah umur 9 tahun, berarti udah sekolah, kan. Cuma dia masih tempertantrum loh. Menurut kalian cemana itu?
Taya : Iya juga, seharusnya emosi dia udah harus disesuaikan dengan lingkungannya.
Ic : Aku pernah baca. Katanya, memangn kalau umur sekolah itu anak sudah tahu kalau perilaku marah-marah itu sama kayak anak bayi, tapi asal kalian tau, ternyata itu nggak berlaku dirumah loh.
Taya : Ah masa?? Apa bisa perilaku mereka berbeda di rumah dan di sekolah ?
Haifa : Eh tapi mungkin juga, Taya. Kan banyak tuh kejadian anak-anak yang beda di sekolah sama di rumah. Oh ternyata begitu yaa.
Dari kedua simulasi dia tas, dapat ditarik kesimpulan perbedaan di antara pedagogi dan andragogi adalah :
- Pedagogi menekankan pada tanggung jawab guru atas muridnya secara penuh. Murid hanya sebagai pelajar pasif yang mendengarkan dan memahami apa yang diinstruksikan gurunya. Resiko pedagogi adalah ketika yang disampaikan guru salah dan murid tetap mencernanya secara keseluruhan.
- Andragogi menekankan pada interaksi antara guru dan murid, dimana murid berperan sebagai sumber ajar dimana guru dan murid sama-sama saling belajar dan mengevaluasi hasil kerja mereka. Selain itu, orientasi andragogi adalah kehidupan. Orang dewasa akan lebih senang jika apa yang mereka pelajari memiliki relevansi langsung dengan kehidupan, seperti model studi kasus.
Twitter bukan hanya medium bersosial melui media online, namun bisa juga menjadi petunjuk kondisi mood (suasana hati) Anda sehari-hari. Penelitian yang dilakukan oleh tim dari Cornell University terhadap pengguna mikroblogging twitter ini, menunjukkan manusia cenderung berada dalam moodnyaman ketika pagi hari dan berbahagia ketika berada di akhir pekan.
Penelitian unik ini dilakukan sejumlah peneliti dari Cornell University, Amerika Serikat, terhadap 2,4 juta akun Twitter. Akun yang dipakai sebagai sumber data yakni pengguna Twitter yang terdaftar sejak Februari 2008 hingga April 2009. Persyaratan lainnya untuk sumber data yakni pengguna twitter yang men-tweet lebih dari 25 postingan setiap hari. Dari 509 juta tweet yang tersedia, diketahui bahwa manusia memiliki pola mood yang hampir seragam.
Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa manusia berada dalam kondisi mood baik saat bangun tidur. Lalu pada siang hari, moodnya akan menurun. Saat jam makan malam hingga menjelang tidur, moodmanusia akan kembali membaik.
Jelas kondisi mood ini bukan disebabkan karena kesibukan manusia pada jam-jam kerja. Alasan tersebut tidak seratus persen benar. Hal ini terbantahkan karena pola yang sama terjadi juga pada akhir pekan. Artinya, jam biologis manusia yang menentukan mood manusia setiap hari, apakah di hari kerja ataukah di akhir pekan.
Pantaun terhadap tweet-tweet tersebut menunjukkan akhir pekan membuat mood manusia jadi baik. Kondisi mood baik ini tidak hanya terjadi di Amerika Serikat saja, melainkan juga di Uni Emirat Arab. Perlu untuk diketahui, di Uni Emirat Arab, akhir pekan itu jatuh pada hari Jumat dan Sabtu, bukan pada Sabtu dan Minggu.
“Besar kemungkinan orang yang bangun tidur dengan bunyi alarm yang mengganggu,
Banyak orang pasti pernah berbicara dengan diri mereka sendiri, setidaknya hampir setiap hari atau bahkan setiap jam. Bila dilihat, tujuan perilaku semacam ini seperti tidak rasional. Namun, sebuah penelitian baru mengatakan bahwa berbicara dengan diri sendiri dapat membantu menentukan langkah mereka.
Mengutip Franklin P. Jones, penulis kutipan motivasi Amerika Serikat, “Satu keuntungan dari berbicara pada diri sendiri adalah Anda tahu setidaknya diri Anda sendiri yang mendengarkan.”
Sebuah studi baru awal tahun 2012, dipublikasikan oleh Quarterly Journal of Experimental Psychology, psikolog Gary Lupyan dari University of Wisconsin-Madison dan Daniel Swingley dari University of Pennsylvania melakukan serangkaian percobaan untuk mengetahui apakah berbicara dengan diri sendiri dapat membantu ketika seseorang ingin mencari sebuah objek.
Penelitian ini terinspirasi oleh pengamatan bahwa orang sering terdengar bergumam kepada diri mereka sendiri ketika mencoba untuk menemukan sesuatu.
Dalam percobaan pertama, peserta diperlihatkan 20 foto dari berbagai objek dan diminta untuk mencari satu di antaranya. Dalam beberapa percobaan, peserta melihat label teks berisikan perintah menemukan sebuah objek atau benda. Dalam uji coba lain, subyek yang sama diminta untuk mencari lagi dengan memperbolehkan mereka mengatakan kata pada diri mereka sendiri.
Penelitian ini menemukan bahwa seseorang yang berbicara pada diri mereka sendiri akan lebih cepat menemukan apa yang hendak mereka cari.
Dalam sebuah percobaan tindak lanjut, peserta melakukan tugas belanja virtual di mana mereka melihat
Pada mata kuliah Psikologi Pendidikan, kami diberi tugas berupa membuat survey online mengenai psikologi, belajar, pendidikan, dan semacamnya yang nantinya akan dijawab oleh lima puluh responden. Maka saya membuat survey online mengenai pengaruh kondisi individu terhadap daya serap mata pelajaran oleh mahasiswa psikologi USU. Saya membuat tujuh pertanyaan yang berkaitan dengan judul survey. Setelah mengedarkan atau mempromosikan survey saya untuk dijawab oleh teman-teman Psikologi, saya dapat menarik kesimpulan mengenai bagaimana daya serap ini jika dipengaruhi oleh beberapa hal. Berikut adalah presentase atau hasil dari survey yang saya buat.
1. Saya dengan mudahnya menangkap pelajaran atau materi baru
2. Saya tidak memiliki masalah dengan kelas yang ribut
3. Meskipun sedang memiliki masalah, saya tetap bisa berkonsentrasi di kelas
4. Saya tidak nyaman jika duduk di kelas tidak bersampingan dengan teman akrab saya
5. Saya lebih mudah memahami materi jika membacanya sendiri dari pada dijelaskan orang lain
6. Jika saya merasa dosennya tidak menarik, saya tidak ingin memperhatikan ia mengajar
7. Saya cenderung mencatat pelajaran saat dosen mengajar di kelas karena itu membantu saya menyerap pelajaran
Dari Presentase di atas, bisa disimpulkan bahwa daya serap mahasiswa psikologi cenderung lebih bagus jika didukung oleh hal-hal yang membuatnya nyaman. Seperti pada pertanyaan nomor dua, responden cenderung memiliki masalah dengan kelas yang ribut. Lalu pada pertanyaan lima, responden juga cenderung lebih memahami pelajaran jika dijelaskan oleh dosen atau mungkin teman dari pada hanya dibaca sendiri.
1. Saya dengan mudahnya menangkap pelajaran atau materi baru
|
2. Saya tidak memiliki masalah dengan kelas yang ribut
|
3. Meskipun sedang memiliki masalah, saya tetap bisa berkonsentrasi di kelas
|
4. Saya tidak nyaman jika duduk di kelas tidak bersampingan dengan teman akrab saya
|
5. Saya lebih mudah memahami materi jika membacanya sendiri dari pada dijelaskan orang lain
|
6. Jika saya merasa dosennya tidak menarik, saya tidak ingin memperhatikan ia mengajar
|
7. Saya cenderung mencatat pelajaran saat dosen mengajar di kelas karena itu membantu saya menyerap pelajaran
|
Dari Presentase di atas, bisa disimpulkan bahwa daya serap mahasiswa psikologi cenderung lebih bagus jika didukung oleh hal-hal yang membuatnya nyaman. Seperti pada pertanyaan nomor dua, responden cenderung memiliki masalah dengan kelas yang ribut. Lalu pada pertanyaan lima, responden juga cenderung lebih memahami pelajaran jika dijelaskan oleh dosen atau mungkin teman dari pada hanya dibaca sendiri.
Subscribe to:
Posts (Atom)